ngawi-ngawi.desa.id- Pada peringatan Hari Jadi ke-666 Kabupaten Ngawi, tradisi Larung Sukerto kembali digelar dengan khidmat. Acara dimulai dengan pertunjukan tari Larung Sukerto, sebelum air dan benda-benda yang digunakan untuk jamasan pusaka diterima oleh Kepala dusun Ngawi ,desa Ngawi. Setelah pertunjukan, air dan benda-benda jamasan pusaka diserahkan kepada Kepala Dusun Ngawi, Rukminto, yang kemudian melarungkan bekas air dan benda-benda tersebut di aliran Kali Tempuk (2/7).

Kepala Dusun Ngawi, Rukminto, menjelaskan makna dari upacara ini. "Larung berarti melepaskan yang dialiri air, sedangkan sukerto berarti masalah, kesulitan, atau marabahaya. Larung Sukerto merupakan simbol membuang kesialan dan upaya menjaga keseimbangan alam," kata Rukminto (2/7)

Kali Tempuk, yang bertempat di Dusun Ngawi, Desa Ngawi, memiliki sejarah peradaban sungai yang kental. Hal ini tertuang dalam Prasasti Canggu. Menurut catatan perjalanan Dr. W. R. van Hoevell dalam buku Tijdschrift voor Nederlandsch Indie (1850), lokasi Kali Tempuk sangat strategis sehingga Belanda membangun Benteng Van den Bosch di sebelah barat dayanya. Peta Ngawi pada tahun 1840, 1873, dan 1926 menunjukkan bahwa pengembangan Ngawi terpusat di sekitar Kali Tempuk, yang merupakan pertemuan dua sungai besar, Bengawan Solo dan Bengawan Madiun.

Setelah air jamasan pusaka dilarung, acara dilanjutkan dengan doa bersama. Setelah doa bersama, acara berlanjut dengan bladikan, sebuah adat istiadat tabur uang receh untuk sedekah atau "nggawe bungah" (membuat senang) anak-anak. bladikan disambut meriah oleh warga desa Ngawi, terutama oleh anak-anak yang antusias mengikuti kegiatan ini.

Tradisi Larung Sukerto tidak hanya menjadi simbol pembersihan diri dari kesialan, tetapi juga merupakan bagian dari usaha masyarakat Ngawi untuk menghormati dan menjaga keseimbangan alam yang telah menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya mereka. Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Ngawi berharap dapat terus melestarikan nilai-nilai leluhur serta memperkuat identitas budaya mereka di tengah perkembangan zaman.